#169 Pelangi Musim Semi

IMG_20150313_095953Omar adalah mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah pascasarjana di Universitas Harvard. Ia memiliki segalanya, prestasi dan prestise: orangtua sukses, calon istri yang sempurna dan jaminan kehidupan mapan di depan mata. Namun, jauh di lubuk hati, ia merasa hampa, seolah masih ada sesuatu yang ia cari, tapi belum ia temukan. Dalam pencarian itu, ia bertemu Anais, seorang gadis yang berbeda keyakinan dengannya.

Ketika tatap mereka tak sengaja bertaut, di tengah keheningan Taman Boulevard, hatinya retas. Untuk kali pertama, Omar merasakan cinta. Pun, ketika kisah keduanya terhubung oleh satu kata: Palestina. Cinta yang kian bersemi lantas gugur ditelan sunyi. Karena, di dunia yang hiruk-pikuk menajamkan perbedaan, cinta mereka sebuah kemustahilan.

Tetapi hati Omar tak berhenti memanggil Anais.
Sebagaimana hatinya tak berhenti memanggil Palestina.


Kesan pertama setelah menutup halaman terakhir novel ini adalah bahwa buku ini bagus… dan ngga mudah. Mungkin karena karakter-karakternya adalah orang-orang terpelajar yang  membahas teologi, lalu Islam di Timur Tengah, lalu tentang Palestina dengan pendekatan perdamaian dan intelektual.

Jadi, setidaknya ada 5 karakter yang akan berkenalan dengan kalian di novel ini. Omar Khaled, Anais Sulver, Travis, Steven Brown, dan Rana. Yang secara dominan mengisi plot di cerita, tentu saja adalah Omar … dan Anais.

“Apa perasaanmu, tentang diriku?” tanya Anais memecah hening.

“Dirimu …” Omar menghela napas. “… seperti untaian kusut dari pita yang ujungnya tak pernah berhasil kutemui.”

“Kenapa?”

“Karena selalu tidak akan ada yang utuh di antara ucapanmu dan ucapanku, atau tatapanmu dan tatapanku. atau langkahku menujumu dan langkahmu menujuku.” jawab Omar.

Omar dan Anais adalah kisah love at first sight. Lalu, kesempatan membawa mereka bertemu kembali dalam proyek akademis dan rasa suka tumbuh secara perlahan antara keduanya. Tapi tak pernah dalam bentuk yang ekspresif. Anais adalah wanita terhormat, tahu batasan pertemanan mereka dan Omar adalah laki-laki pintar yang kaku. Keduanya berbagi banyak hal tentang Islam dan Timur Tengah. Bagi Omar, Anais adalah teman berdiskusi yang asyik. Sebaliknya, Anais mengagumi Omar setengah mati. Dan apakah Omar dan Anais akan berjodoh? Sayangnya tidak. Karena akhirnya Omar menikah dengan wanita pilihan orangtuanya.

Selain romansa tersebut, novel ini berusaha menghadirkan kondisi muslim pendatang di negara minoritas muslim. Tentang penerimaan sebagian yang welcome dan yang sebaliknya. Ada dramanya malah, saat Omar jadi target seorang yang phobia terhadap Islam. Lalu, dengan latar institusional, penulis juga menawarkan diskusi-diskusi intelektual tentang Islam yang terjalin antara tokoh-tokoh yang saya sebutkan di atas.

” ..Hatiku memanggil Palestina.”

Lebih dari apa yang saya sebutkan, novel ini juga adalah tentang Palestina. Kenyataan bahwa Omar memiliki akar Palestina yang akan membawa jalan ceritanya ke Palestina. Dengan potret Omar yang terjun menjadi relawan kegiatan kemanusiaan untuk Palestina (Freedom Flotilla diadaptasi kembali oleh penulis), menghidupkan kembali semangat untuk memperjuangkan Palestina yang terjajah dan hingga saat ini masih berada dalam konflik. A good reminiscence, I should say.

So much we could dig from one novel is a good thing for you to consider to read it 😉


Title: Pelangi Musim Semi
Author: Rizki Affiat
Release Date: September, 2013.
Publisher: Bunyan (Bentang Pustaka)
Format: Paperback
Page Count: 378 pages
Genre: Religious Fiction, Islamic Novel


Submitted for:

  • Islamic Reading Challenge, Book #1.
  • NARC 2015 – Genre 101: Religion
  • Lucky No.15 #8 – Category: Bargain Al The Way

Author: Faraziyya

Ordinary. Nothing Extra.

3 thoughts on “#169 Pelangi Musim Semi”

Leave a comment