#21 Catatan Cinta dari Mekkah

Judul Buku : Catatan Cinta dari Mekkah

Penulis : Awy Ameer Qolawun

Penyunting : Sirep Purwanti

Cetakan : I, Januari 2012

Penerbit : Zikrul Hakim

Tebal : 416 halaman

Tiga bintang (***)

Banyak hal dan pelajaran kehidupan yang bisa kita dapatkan, jika kita mampu mengaktifkan aplikasi tafakur dan aplakasi mau belajar dalam diri kita.

Mungkin itu kelebihan Awy, selalu bisa mengaktifkan sense of tafakur dalam kesehariannya. Mestinya, menurut saya sih, judul buku ini ‘Diary Awy’ saja. Karena kumpulan tulisan didalamnya benar-benar catatan harian Awy. Ditulis dengan gaya otobiografi sekali malah, menggunakan ‘aku’ sebagai sisi narasumber langsung. Tapi tak salah juga jika judul yang diambil adalah Catatan Cinta dari Mekkah, meski tidak keseluruhan tulisan mengenai Mekkah, kita tetap bisa mencicip nuansa Mekkah dari buku ini. Continue reading “#21 Catatan Cinta dari Mekkah”

#9 Yoyoh Yusroh: Mutiara yang Telah Tiada

Disana, disisi-Mu, dia pasti telah tersenyum. Tanpa gurat-gurat lelah. Maka biarlah, ceritera kehidupannya menjadi jariyah juga, yang tak usai, terus berderai.Saya kebingungan, memulai review dengan kalimat apa untuk buku yang dalam tiga jam-an ini saya selesaikan. Benar-benar speechless. Cuma bisa terus membiarkan airmata menggenang di pipi, membiarkan hidung memerah, merasai. Continue reading “#9 Yoyoh Yusroh: Mutiara yang Telah Tiada”

#8 Mutiara Bumi Saba’

Lepas adzan subuh berkumandang, saya mulai menuliskan ini. Semalaman, tepatnya sejak jam 8 malam hingga subuh, saya membaca sebuah novel berjudul “Mutiara Bumi Saba’: dari Budak Menjadi First Lady” karya mba Tutik Hasanah yang bernama pena Hisani Bent Soe. Buat yang pernah mendengar nama pena itu, mungkin juga pernah membaca novelnya yang lain yang berjudul “Pengikat Surga” dengan tokoh utama Asma Binti Abu Bakar. Dan sejalan dengan itu, saya membeli novel ini beberapa hari lalu karena kecenderungan suka kepada novel “Pengikat Surga”. Continue reading “#8 Mutiara Bumi Saba’”

#7 De Winst

Novel ini telah saya temukan sejak IBF 2010. Saat itu  prioritas memiliki novel atau buku-buku fiksi menjadi nomor sekian-belum saya anggap sebagai kebutuhan meski saya senang membaca novel dan buku-buku fiksi, tentunya sebagai pengalih tersendiri agar terhindar dari suntuk membaca buku-buku nonfiksi.

Akhir April lalu, saat saya berkunjung ke toko buku Fatahillah, buku itu berjejer diantara novel-novel islami lain. Saya langsung memilih buku itu, karena belakangan saya sedang menikmati membaca novel dan karena ulasan seorang teman multiply tentang buku tersebut.

Yang membuat saya ngeri diawal adalah perkara bahwa buku ini menampilkan banyak kosakata bahasa jawa kromo. Maklum, latar tempat dalam novel ini adalah Keraton Surakarta ditahun 1930an. Saya ngeri karena saya tidak paham, tentu saja. Its not a big deal, saya cuma seorang kelahiran jakarta yang (seperti) menolak mengerti bahasa jawa. Entahlah, padahal saya bisa saja belajar bahasa jawa karena berada diantara anak-anak STAN yang kebanyakan kesehariannya berbahasa jawa, tapi ya saya cuma enggan. Continue reading “#7 De Winst”

#6 Pengikat Surga

Sewaktu saya meminjam novel ini, teman saya bilang novel ini pas buat mereka yang hendak membaca sirah yang disajikan naratively dengan genre semi-fiksi. Buku ini based onsiroh nabawiyah Muhammad saw. Hanya saja, dalam novel ini, sang narator Asma’ putri Abu Bakr. Iya, novel ini adalah perjalanan kehidupan Asma’ (Dzatun nithaqain, yang mempunyai dua ikatpinggang) dan ceritanya tentang perjuangan Islam oleh Rasulullah dan sahabat di masanya. Continue reading “#6 Pengikat Surga”