#7 De Winst

Novel ini telah saya temukan sejak IBF 2010. Saat itu  prioritas memiliki novel atau buku-buku fiksi menjadi nomor sekian-belum saya anggap sebagai kebutuhan meski saya senang membaca novel dan buku-buku fiksi, tentunya sebagai pengalih tersendiri agar terhindar dari suntuk membaca buku-buku nonfiksi.

Akhir April lalu, saat saya berkunjung ke toko buku Fatahillah, buku itu berjejer diantara novel-novel islami lain. Saya langsung memilih buku itu, karena belakangan saya sedang menikmati membaca novel dan karena ulasan seorang teman multiply tentang buku tersebut.

Yang membuat saya ngeri diawal adalah perkara bahwa buku ini menampilkan banyak kosakata bahasa jawa kromo. Maklum, latar tempat dalam novel ini adalah Keraton Surakarta ditahun 1930an. Saya ngeri karena saya tidak paham, tentu saja. Its not a big deal, saya cuma seorang kelahiran jakarta yang (seperti) menolak mengerti bahasa jawa. Entahlah, padahal saya bisa saja belajar bahasa jawa karena berada diantara anak-anak STAN yang kebanyakan kesehariannya berbahasa jawa, tapi ya saya cuma enggan.

Balik membahas novel, awal bagian novel ini kurang saya suka. Karena detil terlalu panjang dan banyak. Dalam narasinya, penulis memakai banyak diksi. Tidak masalah sebenarnya, karena diksi yang bervariasi bisa menambah indah sebuah karya tulisan. Hanya saja kok ya saya merasa diksi-diksi baru tersebut seperti secara paksa dimasukkan. Entah untuk menunjukkan perbendaharaan kata yang banyak atau berniat menyegarkan dan mencerdaskan pembaca dengan beragam kosakata baru (kosakata ini diluar yang berbahasa jawa dan belanda loh ya).

Next, saya jatuh cinta sama tokoh Rangga dalam buku ini. Eh iya, saya bahkan belum membocorkan isi novel ini ya? Hee.

Usai menamatkan sarjana ekonomi dari Universiteit Leiden, RM Rangga Puruhita kembali ke Hindia Belanda, untuk mempraktekkan ilmu yang ia miliki demi kemajuan para pribumi. Akan tetapi, berbagai hal pelik harus ia hadapi. Mulai dari ribetnya aturan kebangsawanan Keraton Surakarta, perjodohan paksa dengan Rr. Sekar Prembayun yang sulit ia lepaskan, hingga permasalahan ketidakadilan yang dialami para buruh pabrik gula yang digaji sangat rendah. Haru biru cintanya dengan Everdine Kareen Spinoza, seorang Belanda totok pun ternyata terancam kandas.

Lantas, muncul Kresna, pemuda misterius yang mengaku kekasih Rr. Sekar Prembayun. Dengan sikapnya yang berandalan dan cenderung kurang ajar, Kresa justru memprovokasi Rangga untu bangkit melawn imperialisme Belanda. Bersentuhan ideologis dengan Kresna dan Sekar Prembayun, ternyata justru memunculkan benih-benih simpati Rangga kepada perempuan yang telah dijodohkan dengannya sejak kecil itu. Akankah Rangga memilih Sekar Prembayun sebagai pasangan hidupnya? Lantas bagaimana dengen Everdine Kareen Spinoza? Apakah Rangga juga harus mengkhianati Kresna?

Nah..itu cuplikan yang ada di kaver belakang novel. Ih, saya ngga kreatif banget ya? Malah memilih salin-tempel review yang tersedia di kaver-belakang. Sebenarnya ini karena beberapa kali saya menarasikan isi ini dengan kreativitas saya malah saya ngga sreg, jadi ya ikut yang udah tertera di kaver-belakang aja deh. :-D

Oke, karena sinopsis udah ada, saya lanjut cerita tentang kenapa saya jatuh cinta sama Rangga. Well, Rangga (dalam novel ini) digambarkan sebagai seorang pemuda yang tahu betul keberadaan dirinya yang adalah seorang anak Pangeran. Cerdas, tampan (ya iyalah), tahu tatakrama dan mengerti bagaimana bersikap. Tahu saat-saat ia bersikap kritis atau menunjukkan ketenangan. Singkat kata, Rangga bisa digambarkan sebagai gentleman (hihi). Penuh kendali dan tahu siasat untuk bertindak. Memiliki semangat dan tahu bahwa semangat tersebut kadang tidak perlu terlalu meletup-letup. Ah, buat saya Rangga itu keren. :-D

Sekar juga keren kok, pas lah buat Rangga. Sekar itu idealis, pintar menulis, dan mengkritik habis-habisan pemerintah Belanda lewat tulisannya. Perawakan wanita Jawa yang parasnya ayu tapi pembangkang, bukan tipe wanita Jawa yang memegang adat Keraton, dan tentu saja ia kritis.

Ingat, kan? Diawal disebut nama Kresna, pemuda misterius yang mengaku kekasih Sekar? Ternyata dia ngga lain adalah Sekar itu sendiri. Kenyataan bahwa Sekar menyamar menjadi Kresna agar lebih bebas bergerak ini, adalah skenario yang membuat saya agak kecewa. Kalau karakter Kresna benar-benar wujud, bisa jadi konfliknya lebih dramatis (halah).

Over all, saya suka novel ini. Ngga sabar beli dan baca sekuel berikutnya (De Liefde). Oia, diakhir novel ini Sekar di-externering ke Belanda sedang Rangga di-internering ke Ende oleh Pemerintah Belanda. Dan sayangnya, diakhir novel ini yakni saat Rangga dipenjara menunggu internering-nya, Rangga menikahi Kareen (yang mualaf dan berganti nama menjadi Syahidah). Saya geregetan, menurut saya tindakan Rangga itu tergesa-gesa. Tapi saya kagum sih sama alasan Rangga: ia beriltizam untuk menghilangkan segala kotoran dihatinya, ngga ingin virus-virus cinta (ejiyee) mengotori jiwanya terutama ketika ia berada di pengasingan. See? Gentleman kan yak?

** originally posted on May 5, 2011. Here.

Author: Faraziyya

Ordinary. Nothing Extra.

One thought on “#7 De Winst”

Leave a comment