#8 Mutiara Bumi Saba’

Lepas adzan subuh berkumandang, saya mulai menuliskan ini. Semalaman, tepatnya sejak jam 8 malam hingga subuh, saya membaca sebuah novel berjudul “Mutiara Bumi Saba’: dari Budak Menjadi First Lady” karya mba Tutik Hasanah yang bernama pena Hisani Bent Soe. Buat yang pernah mendengar nama pena itu, mungkin juga pernah membaca novelnya yang lain yang berjudul “Pengikat Surga” dengan tokoh utama Asma Binti Abu Bakar. Dan sejalan dengan itu, saya membeli novel ini beberapa hari lalu karena kecenderungan suka kepada novel “Pengikat Surga”.

Membaca novel ini, ada dua kisah dalam garis besar, sebenarnya. Dimulai dengan kisah, berdri sendiri, milik sang penulis. Yakni kisah yang dimulai dengan ditemukannya script tua dengan huruf arab gundul yang merupakan catatan harian Khaizaran. Kemudian kisah Khaizaran itu sendiri. Sangat menarik. Sungguh. Dan mungkin karena ketertarikan saya sejak membaca lembar-lembar awal novel ini yang akhirnya membuat terjaga hingga subuh ini.

Saya akan lebih mengulas tentang Khaizaran, dibandingkan dengan kisah tentang penulis (yang menurut saya begitu real-namun entah apakah itu fiksi/semifiksi). Siapakah perempuan bernama Khaizaran? Dia perempuan yang diculik untuk dijual dan dijadikan budak. Memang, sebelum diculik dan dijadikan budak pun, dalam takdirnya dia lahir ditengah kemiskinan. Tetapi ketertarikannya kepada ilmu begitu menggebu, dan kecerdasannya nampak dari kekritisan yang begitu kental dan kadang terlontar dari ucapannya. Inilah yang membuat Khalifah Al-Mahdi akhirnya membelinya.

Ketertarikan khalifah Al-Mahdi berlanjut menjadi cinta bergelora juga cinta yang membuat mereka berdua bertumbuh. Khalifah Al-Mahdi menjadikan Khaizaran sebagai Ummul Walad bagi anak-anaknya, sampai kemudian karena cintanya Khaizaran dibebaskan dan dipersunting hingga diberikan ruang dalam rapat pemerintahan hampir seperti dibawanya Aisyah dalam urusan kenegaraan.

Khaizaran menjadi ibu dari Musa dan Harun. Harun ini lah yang sekarang kita kenal sebagai Harun al-Rasyid yang kegemilangan ilmu pengetahuan menjadi cirinya. Seperti disebutkan penerbit dan tertulis di kaver belakangan buku ini, tentang keberadaan seorang wanita dibalik kesuksesan pria, kisah Khaizaran menggambarkan serupa. Betapa Khaizaran yang senang dengan bertambahnya ilmu, menjadi teman diskusi bagi khalifah Al-Mahdi. Betapa cinta mereka berdua pun terbit karena ada cinta terhadap pikiran pasangannya. Juga tentang betapa kehadiran Khaizaran mampu menghadirkan kepuasan fisik sekaligus pikiran, bahkan Khaizaran mampu menempatkan dirinya sebagai sandaran yang menguatkan khalifah Al-Mahdi dalam menjalankan pemerintahan.

Yang membuat saya menyukai buku ini adalah cerita khalifah Al-Mahdi bersama Khaizaran yang merencanakan matang persiapan bagi Musa dan Harun dalam menjadi khalifah. Mempersiapkan ulama mana saja yang mendampingi mereka, siapa penyair yang mengajari mereka melembutkan hati dengan sastra, tentang menentukan siapa orang yang pas mendampingi mereka dan mempelajari cara berpolitik dan mengelola tanggung jawab. Dan melalui parenting yang mereka lakukan, saya secara pribadi seperti diingatkan, bahwa tidak cukup menjadi orangtua yang membesarkan anak-anak dengan mencintai mereka secara fisik tetapi membesarkan mereka perlu dengan visi karena Allah: membentuk anak untuk menjaga dakwah tauhid. Itulah yang dipegang teguh oleh Khaizaran. Yang diperhatikan adalah pertumbuhan anaknya bisa selaras dengan nilai yang dicintai oleh Allah swt. Dan ketika ada indikasi anaknya telah ada kecenderungan menyimpang, maka ia berdoa agar rasionalisasi cinta terhadap anaknya tidak lebih dalam daripada kemestiannya membesarkan anak-anak yang harus meneruskan dakwah tauhid kepada Allah.

Its a recommended book. Tebalnya hanya 275 halaman dan bahasanya indah serta tidak memberatkan pikiran. Banyak mutiara parenting didalamnya #ups. Dan lagi-lagi, bahwa sejarah dan Islam tentunya menghadirkan banyak cerita berhikmah dalam yang mampu mengajak kita belajar dan berbenah diri, menyelami makna kehidupan dengan sebaik-baik memetik hikmah dari contoh-contoh nyata yang telah diperlihatkanNya.

Selamat membaca.

** originally posted on October 10, 2011. Here.

Author: Faraziyya

Ordinary. Nothing Extra.

Leave a comment